"Lebih Mengenal Tes Subjektif (Tes Uraian)"

Lebih Mengenal Tes Subjektif (Tes Uraian)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan SD yang dibina oleh Ibu Dr. Rita Rahmaniati, M. Pd di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya


DI SUSUN OLEH
Kelompok I (satu)
Ø  Rahmat Fadli   [14.23.015710]
Ø  Metri Satriani  [14.23.015697]




UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Evaluasi Pendidikan SD yang berjudul “Lebih Mengenal Tes Subjektif (Tes Uraian)” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu Dr. Rita Rahmaniati, M. Pd dosen mata kuliah Evaluasi Pendidikan SD di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
2.       Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada tim penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan  tim penyusun, Makalah  ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan SD.
Tak ada gading yang tak retak Tim Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Palangka Raya ,  Juni 2017

   Tim Penyusun
Kelompok I (satu)



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................   i
DAFTAR ISI.......................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                   
A.    Latar Belakang....................................................................................................   1
B.     Rumusan masalah...............................................................................................   2
C.     Tujuan penulisan................................................................................................   2
BAB  II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tes Subjektif (tes uraian)..............................................................    3
B.     Jenis-jenis Tes Subjektif (tes uraian)..........................................................     4
C.    Pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik.............     6
D.    Cara memeriksa hasil Tes Subjektif (tes uraian)..........................................      8
E.     Keunggulan dan Kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)..............................     10
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN.................................................................................................. 13
B.     KRITIK DAN SARAN .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya.
            Dalam proses pembelajaran seorang Guru membutuhkan sesuatu untuk mengukur hasil dari proses yang direncanakan dan dijalankan. Maka dari itu Guru membutuhkan alat ukur untuk melakukan penilaian. Adapun dalam melakukan penilaian  ini  salah satunya dengan melakukan Tes.
            Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Adi Suryanti 2009:1.4). Dengan demikian maka setiap tes menuntut siswa untuk memberi respon atau jawaban, respon yang diberikan dapat benar atau salah. Jika jawaban benar maka dapat dikatakan bahwa peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan apabila jawaban yang diberikan peserta didik salah berarti mereka belum mencapai tujuan pembelajaran yang  yang ingin diukur. Apabila ada seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik tetapi tidak ada jawaban benar atau salah maka itu bukan tes (Zainul dan Nasoetion,1997)
            Sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, tes diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Artinya, alat tes dapat memberikan informasi tentang siswa sesuai keadaan yang mendekati sesungguhnya.
            Adapun dalam tes ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu; (a) tes objektif dan, (b) tes subjektif(tes uraian). Kedua tes ini sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun dalam penyusunan makalah”Lebih Mengenal Tes Subjektif (Tes Uraian)” ini, tim penulis hanya akan membahas tentang Tes Subjektif saja.
B.     Rumusan Masalah
            Dalam hal ini penulis merumuskan masalah adalah guna untuk mengetahui hal-hal apa saja yang akan dibahas dalam isi atau pembahasan makalah. Oleh karena itu, rumusan masalah yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:
1.      Apa Pengertian Tes Subjektif (tes uraian)?
2.      Apa saja jenis-jenis Tes Subjektif (tes uraian)?
3.      Bagaimana pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik?
4.      Bagaimana cara memeriksa hasil Tes Subjektif (tes uraian)?
5.      Apa saja keunggulan dan kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)?

C.    Tujuan
            Di dalam penyusunan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin kami paparkan antara lain sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian Tes Subjektif (tes uraian)
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis Tes Subjektif (tes uraian)
3.      Untuk mengetahui pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik
4.      Untuk mengetahui cara memeriksa Tes Subjektif (tes uraian)
5.      Untuk mengetahui keunggulan dan kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tes Subjektif (tes uraian)
            Tes subjektif, pada umumnya berbentuk uraian (essay examination) yang merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution, 2005:37). Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan  oleh penyusun soal, tetapi harus disusun oleh peserta didik. Maksudnya jawaban berbeda dengan pilihan ganda yang jawaban tes objektif (pilihan ganda).
            Butir soal tipe uraian (essay test) hanya terdiri dari pertanyaan atau tugas dan jawaban sepenuhnya harus dipikirkan oleh peserta tes itu sendiri. Menurut Suharsimi Arikunto, 2008:162: “ciri-ciri pertanyaan didahului dengan kata-kata seperti; uraiakan, jelaskan, bandingkan, mengapa, bagaimana, simpulkan, dan sebagainya”.
            Jumlah butir soal dalam bentuk tes ini biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s/d 120 menit. Soal-soal bentuk uraian ini menuntut kemampuan peserta tes untuk dapat mengorganisir, menginterpensi, menghubungkan pengertian-pengertian yang dimiliki. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tes uraian ini membuat peseta tes agar dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
            Namun sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk tes obyektif. dan ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilain hasil belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ialah;
a.       Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang salah satu di antaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
b. Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan tes objektif yang berlebihan.
c. Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbiasa dengan tes objektif yang memungkin kan mereka main tebak jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam menjawabnya.
            Berdasarkan tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab soal tes subjektif, secara umum tesd uraian dibagi menajadi dua bentuk, yaitu: tes uraian bebas, atau tes uraian terbuka, dan tes uraian terbatas.

B.     Jenis-jenis Tes Subjektif (tes uraian)
            Berdasarkan jenis jawaban yang diberikan peserta tes, Gronlund dan Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok, yaitu: tes uraian terbuka/bebas (extended response question) dan, tes uraian terbatas (restricted response question).
1.      Tes Uraian Terbuka/bebas (extended response question)
      Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur.
Contoh:
a.       Jelaskan pengaruh paham nasionalisme di Eropa terhadap perkembangan nasionalisme di Asia dan Afrika!
b.      Jelaskan alasan mengapa sistem ekonomi yang dianut suatu negara berbeda-beda!
     Untuk menjawab butir soal tes diatas dengan baik, peserta tes harus memiliki kemampuan mengingat fakta historis tumbuhnya nasionalisme di Asia dan Afrika. Setelah itu ia harus mengorganisasikan fikirannya dan menyusunnya dalam suatu urutan yang logis dan dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh penyusun tes. Peserta tes diberi kebebasan menjawab dengan gaya bahasa dan gaya koknitifnya masing-masing.
     Dengan demikian maka ketrampilan mengekspresikan fikiran dalam bentuk tertulis akan besar sekali konstribusinya dalam menjawab soal tipe ini.  Bentuk soal seperti ini baik sekali untuk menguji hasil belajar pada tingkatan aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreatifitas.

2.      Tes Uraian Terbatas (restricted response question).
      Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes. Batasan dalam rambu-rambu tersebut mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Batasan itu meliputi konteks jawaban yang diingikan, jumlah butir jawaban yang dikerjakan, keluasaan jawaban uraian, dan luas jawaban yang diminta.
Contoh:
GBHN menentukan bahwa ada delapan pemerataan pembangunan. Sebutkan pembangunan pemerataan pembangunan tersebut. Pilihlah salahsatu yang kamu kuasai, definisikan artinya dan berilah tiga contoh pelaksanaannya. Uraikan jawaban kamu diharapkan tidak lebih dari satu halaman.  
      Pada contoh soal diatas, jawaban peserta tes lebih terikan dari contoh soal sebelumnya (tes uraian terbuka). Peserta tes dapat memilih dengan bebas cara penyajiannya. Peserta tes diberi kebebasan menjawab dengan gaya bahasa dan gaya koknitifnya masing-masing, namun ia harus mengikuti instruksi dari soal tes tersebut. Butir soal tes uraian terbatas ini cocok untuk mengukur hasil belajar tingkat pemahaman, aplikasis, dan analisis.
      Ada beberapa ragam tes uraian terbatas, antara lain ragam tes melengkapi, dan ragam tes jawaban singkat.
a)      Tipe jawaban melengkapi
           Yaitu tipe jawaban melengkapi adalah butir soal yang memerintahkan kepada peserta tes untuk melengkapi kalimat dengan satu frase, angka, atau frase formula.
Contoh:
1)      Bertambah ketinggian pada atsmosfer bumi akan menurunkan temperatur udara di daerah..................
2)      Nilai median dari data 7, 12, 11, 8, 10, dan 9 adalah................
          Butir soal jawaban terbatas ini banyak digunakan dalam tes pelajaran matematika. Tipe butir soal melengkapi juga baik untuk menguji kemampuan mengingat fakta dan prinsip yang sederhana selain itu juga dapat digunakan untuk menguji pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu pemahaman, aplikasi, dan evaluasi asalakan disusun secara hari-hati.
b)     Tipe Jawaban Singkat
           Adalah butir soal berbentuk pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa , satu angka, atau satu formula.
 Contoh:
Berapakah jumlah provinsi di Indonesia?
           Tipe ini hanya untuk mengukur hasil belajar yang sederhana, yaitu ingatan. Tipe ini hanya baik untuk mengkur kemampuan matematika dan IPA. Keterbatasan tipe ini tidak bisa untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, karena sifatnya yang sederhana.

C.    Pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik
            Adapun pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik, maka harus diperhatikan beberapa hal berikut.
1.      Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2.      Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3.      Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya dan soal harus sesuai dengan perencanaan tes yang anada telah buat.
4.      Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”, ”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
5.      Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
6.      Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tapi harus spesifik
            Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1.      Dari segi isi yang diukur
      Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya.
2.      Dari segi bahasa
      Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit membingungkan atau mengecoh siswa.
3.      Dari segi teknis penyajian soal
      Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya
4.      Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan  sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila menjawab dianggap salah atau kurang memadai.
Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power tests), bukan kecepatan (speed tests), maka dalam pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1.      Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburu-buru.
2.      Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan nomor soal.
3.      Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga mereka bekerja sendiri tanpa bekerja sama dengan siswa lain.
4.      Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan pelajarannya. biasanya soal-soal yang mengungkapkan aplikasi suatu konsep, pemecahan masalah suatu masalah, menarik suatu generalisasi dapat diberikan kepada siswa dengan memperolehkan membuka buku dan catatan lainnya.
5.      Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban setiap soal sehingga para siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.

D.    Cara memeriksa hasil Tes Subjektif (tes uraian)
            Untuk memeriksa hasil test uraian, harus ada persiapan terlebih dahulu sebelum tes diberikan. Buat garis besar tentang jawaban yang tepat untuk setiap butir soal. Ada dua cara untuk memeriksa hasil jawaban tes uraian, yaitu dengan metode analitik dan metode holistik tergantung jenis tes uraian yang digunakan.
            Menurut Nitko, 1984. Jika anda menggunakan tes uraian terbuka maka cara pemeriksaan tes yang tepat adalah dengan menggunakan metode holistik atau holistic scoring method. Gronlund dan Linn (1990) menyebutkan dengan metode rating (rating method), sedangkan Hopkins dan Anies(1990) menyebut dengan prosedur global (global procedure).
            Sedangkan jika menggunakan tes uraian terbatas, maka pemeriksaan yang teat dengan menggunakan metode analitik atau analytic method (Nitko, 1984; Hopkins dan Anies, 1990).
1.      Metode Holistik
      Pemeriksaan hasil jawaban dengan menggunakan metode holistik dilakukan dalam dua tahap:
a.       Pemeriksa memeriksa secara keseluruhan jawaban peserta tes
            Pemeriksaan berdasarkan dengan garis besar jawaban yang telah dibuat, pemeriksa memeriksa kualitas jawaban tersebut kemudian membuat pertimbangan untuk mengelompokkan jawaban tersebut kedalam kelompok jawaban dengan kualitas A, B, C, D, atau E.
b.      Pemeriksa mengulang kembali pemeriksaan tersebut
            Ini dilakukan untuk lebih meyakinakan bahwa jawaban tersebut memang tepat dimasukkan dalam kategori A, B, C, D, dan E, atau tidak.
                    Karena penilanaian kualitas jawaban siswa lebih banyak didasarkan pada pertimbangan maka pemberian skor pada metode holistik kurang objektif jika dibandingkan dengan metode analitik.
2.      Metode Analitik
Pada pemeriksaan dengan metode ini berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat oleh penulis. Setelah penulisan tes uraian terbatas  wajib membuat pedoman penskoran. Adapun pedoman dalama pembuat penskoran adalah:
a.       Tuliskan jawaban terbaik dari butir soal tersebut!
b.      Jika ada alternatif jawaban lain dari pertanyaan, maka jawaban itu harus ditulis
c.       Butir atau konsep atau kata kunci apa yang harus ada pada jawaban tersebut?
d.      Adakah butir butir atau konsep atau kata kunci yang menurut pertimbangan penulis tes yang lebih dari butir atau konsep atau kata kunci yang lain?
e.       Berikan skor pada setiap butir atau konsep atau kata kunci yang anda harapkan
f.       Butir atau konsep atau kata kunci yang penulis tes mempunyai bobot lebih dari yang lain  dapat diberi skor yang lebih tinggi . Contoh:







Contoh pedoman peskoran:


E.     Keunggulan dan Kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)
1.      Keunggulan Tes Subjektif (tes uraian)
a.       Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti kemampuan untuk menghasilkan prinsip, kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan untuk merumuskan  kesimpulan yang sahih dan lainnya. Namun demikian, tidak dengan sendirinya tes uraian menghasilkan hasil belajar yang komplek. Hal ini tergantung pada kemapuan pembuat tes untuk menyusun butir soal tes.
b.      Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibanding bentuk tes objektif. Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan untuk merumuskan  kesimpulan yang sahih dan lainnya. Maka menuntut penguasaan bahan secara penuh, dan ini akan membuat peserta didik untuk menguasai bahan yang akan di ujiakan pada tes nanti.
c.       Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk mempersiapkan. Ini disebakan dua hal, yaitu; butir soalyang tidak terlalu banyak, dan guru tidak harus menyiapkan pilihan jawaban atau kemungkinan jawaban benar (seperti butir jawaban pada pilihan ganda).
d.      Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi untung-untungan, karena tidak ada alternatif jawaban yang disiapkan oleh pembuat tes.
e.       Mendorong peserta tes untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk jawaban dalam bentuk kalimat yang bagus,  dan juga mendorong peserta tes agar lebih kreatif lagi dalam penyusunan jawaban.
f.       Memberi kesemapatan kepada peserta tes untuk mengutarakan maksudnya dan gaya bahasa dan caranya sendiri. Ini juga akan meningkatkan bakat penulisan atau bahasa penulisan kepada peserta tes.

2.      Kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)
a.       Reabilitas rendah, artinya skor yang dicapai oleh peserta didik tidak konsisten bila atau tes paralel atau diuji beberapa kali.
b.      Terbatasnya sampel materi yang akan ditanyakan, dalam waktu 90 menit hanya 5 sampai 6 butir. Jadi sebenarnya masih cukup banyak materi atau konsep yang telah anda ajarkan kepada siswa tapi tidak anda ukur ketercapaiannya.
c.       Sukar memeriksa jawaban  peserta tes, kesukaran utama dalam memeriksa jawaban siswa terletak pada sulitnya memberikan skor yang objektif dan konsisten (Gronlund dan Linn, 1990).
d.      Adanya hallo effect, misalnya anda berteriak dalam suatu gedung, maka suara anda akan terpantul kembali dan anda akan emndenga suara dua kali. Sama halnya apabila anda mengenal seorang peserta tes yang pandai dalam pelajaran matematika. Maka pada saat anda memeriksa hasil jawaban tes  peserta tes pada mata pelajaran lain, anda berfikir bahwa dia akan mampu menjawabnya dengan baik, padahal jawabannya tidak sebagus apa yang anda harapkan, ini akan mempengaruhi anda untuk memberikan skor penilaian (anda sudah terbiasa memberi nilai bagus kepada peserta tes tersebut).
e.       Adanya efek bawaan, maksudnya kondisi dimana pada saat anda memeriksa jawaban peserta tes efek atau kondisi itu mawi terbawa dan akan mempengaruhi anda pada saat memeriksa hasil jawaban peserta tes selajutnya.
f.       Efek urutan pemeriksaan, Bracht, ddk seperti dikutip Hopkins dkk, 1990. Menemukan bahwa hasil tes siswa yang diperiksa di awal cendrung diberi skor tinggi dari hasil tes siswa yang diperiksa mendekati akhir.
g.      Pengaruh penggunaan bahasa, misalnya pada penggunaan enjaan, pembentukan kalimat, kesalahan tanda baca, dan kesalahan struktur kalimat yang dilakukan oleh peserta tes
h.      Pengaruh tulisan.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
            Tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.
            Tes uraian dalam dikelompok menjadi dua, yaitu: tes uraian terbuka/bebas (extended response question) dan, tes uraian terbatas (restricted response question). Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur. Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes. Batasan dalam rambu-rambu tersebut mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban.
            Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, soal test tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku catatan, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya. Diusahakan agar pertanyaannya bervariasi, rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami. ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
            Untuk memeriksa hasil test uraian, harus ada persiapan terlebih dahulu sebelum tes diberikan. Buat garis besar tentang jawaban yang tepat untuk setiap butir soal. Ada dua cara untuk memeriksa hasil jawaban tes uraian, yaitu dengan metode analitik dan metode holistik tergantung jenis tes uraian yang digunakan.
            Keunggulan Tes Subjektif (tes uraian); dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar, mudah disiapkan dan disusun, tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi untung-untngan, mendorong peserta tes untuk berani mengemukakan pendapat, dan memberi kesemapatan kepada peserta tes untuk mengutarakan maksudnya dan gaya bahasa dan caranya sendiri.

            Kelemahan Tes Subjektif (tes uraian); Reabilitas rendah, terbatasnya sampel materi yang akan ditanyakan, sukar memeriksa jawaban  peserta tes, adanya hallo effect, adanya efek bawaan, adanya efek urutan pemeriksaan, pengaruh penggunaan bahasa, pengaruh tulisan.

B.     Kritik dan Saran
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran antara lain:
1.      Penulis berharap para pembaca tidak hanya membaca makalah ini dengan iseng-iseng, tetapi pembaca mau mempelajari isi dari makalah ini untuk pengetahuan atau penngamalan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pendidikan.
2.      Pembaca diharapkan untuk dapat mengambil kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam makalah ini, serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan.
3.      Pembaca juga diharapkan untuk dapat memberikan pengarahan apabila dalam makalah ini masih terdapat kekurangan atau kesalahan, guna untuk memberikan motifasi kepada penulis untuk lebih baik lagi dalam menyusun malakah.
           
           
           
 DAFTAR PUSTAKA
Widoyoko E. P. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
Suryanto A. 2009. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Pranama A. N. 2016. Buku Super Lengkap EVALUASI BELAJAR-MENGAJAR. Yogyakarta: DIVA Press
 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Alasan Penggunaan Media Pembelajaran dan Nilai Praktis dari Media Pembelajaran”

Jawaban dari rasa penasaran agan/sist saat Persentasi Mata Kuliah Pengembangan Media Pembelajaran SD tadi...

StudentExchange2016 UMPalangkaraya, UMMakassar, dan Universitas PGRI Semarang

Profil Rahmat Fadli

Sejarah atau Asal Usul Masyarakat Bakumpai