"Lebih Mengenal Tes Subjektif (Tes Uraian)"
“Lebih
Mengenal Tes Subjektif (Tes Uraian)”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi
Pendidikan SD yang dibina oleh Ibu Dr. Rita
Rahmaniati, M. Pd di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
DI
SUSUN OLEH
Kelompok
I (satu)
Ø
Rahmat Fadli [14.23.015710]
Ø
Metri
Satriani [14.23.015697]
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua kekuatan serta
kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Evaluasi Pendidikan SD yang berjudul “Lebih Mengenal Tes Subjektif (Tes Uraian)” dapat
selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dr. Rita Rahmaniati, M. Pd dosen mata
kuliah Evaluasi Pendidikan SD di Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya
2.
Orang tua yang telah memberikan dukungan dan
bantuan kepada tim penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan
Selain untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tim penyusun, Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan SD.
Tak ada
gading yang tak retak Tim Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Palangka Raya , Juni 2017
Tim Penyusun
Kelompok I (satu)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tes Subjektif (tes
uraian).............................................................. 3
B. Jenis-jenis
Tes Subjektif (tes uraian)….......................................................... 4
C. Pedoman
dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik............. 6
D. Cara
memeriksa hasil Tes Subjektif (tes uraian).......................................... 8
E. Keunggulan
dan Kelamahan Tes Subjektif (tes uraian).............................. 10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................................. 13
B. KRITIK DAN SARAN .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar
bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku keterampilan, kecakapanya,
kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya.
Dalam
proses pembelajaran seorang Guru membutuhkan sesuatu untuk mengukur hasil dari
proses yang direncanakan dan dijalankan. Maka dari itu Guru membutuhkan alat
ukur untuk melakukan penilaian. Adapun dalam melakukan penilaian ini
salah satunya dengan melakukan Tes.
Tes
dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan
dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan
yang dianggap benar (Adi Suryanti 2009:1.4). Dengan demikian maka setiap tes
menuntut siswa untuk memberi respon atau jawaban, respon yang diberikan dapat
benar atau salah. Jika jawaban benar maka dapat dikatakan bahwa peserta didik
telah mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan apabila jawaban yang diberikan
peserta didik salah berarti mereka belum mencapai tujuan pembelajaran yang yang ingin diukur. Apabila ada seperangkat
tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik tetapi tidak ada
jawaban benar atau salah maka itu bukan tes (Zainul dan Nasoetion,1997)
Sebagai
alat pengukur hasil belajar peserta didik, tes diharapkan mampu memberikan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Artinya, alat tes
dapat memberikan informasi tentang siswa sesuai keadaan yang mendekati
sesungguhnya.
Adapun
dalam tes ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu; (a) tes objektif dan, (b) tes
subjektif(tes uraian). Kedua tes ini sama-sama memiliki kelebihan dan
kekurangan. Namun dalam penyusunan makalah”Lebih Mengenal Tes Subjektif (Tes
Uraian)” ini, tim penulis hanya akan membahas tentang Tes Subjektif saja.
B.
Rumusan Masalah
Dalam
hal ini penulis merumuskan masalah adalah guna untuk mengetahui hal-hal apa
saja yang akan dibahas dalam isi atau pembahasan makalah. Oleh karena itu,
rumusan masalah yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:
1.
Apa Pengertian
Tes Subjektif (tes uraian)?
2.
Apa saja
jenis-jenis Tes Subjektif (tes uraian)?
3.
Bagaimana
pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik?
4.
Bagaimana cara memeriksa
hasil Tes Subjektif (tes uraian)?
5.
Apa saja
keunggulan dan kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)?
C.
Tujuan
Di
dalam penyusunan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin kami paparkan
antara lain sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
pengertian Tes Subjektif (tes uraian)
2.
Untuk mengetahui
jenis-jenis Tes Subjektif (tes uraian)
3.
Untuk mengetahui
pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian) yang baik
4.
Untuk mengetahui
cara memeriksa Tes Subjektif (tes uraian)
5.
Untuk mengetahui
keunggulan dan kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tes Subjektif (tes uraian)
Tes subjektif,
pada umumnya berbentuk uraian (essay
examination) yang merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Tes
bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang
jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran peserta tes (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution,
2005:37). Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak
disediakan oleh penyusun soal, tetapi
harus disusun oleh peserta didik. Maksudnya jawaban berbeda dengan pilihan
ganda yang jawaban tes objektif (pilihan ganda).
Butir soal tipe uraian (essay test) hanya terdiri dari
pertanyaan atau tugas dan jawaban sepenuhnya harus dipikirkan oleh peserta tes
itu sendiri. Menurut Suharsimi Arikunto, 2008:162: “ciri-ciri pertanyaan
didahului dengan kata-kata seperti; uraiakan, jelaskan, bandingkan, mengapa,
bagaimana, simpulkan, dan sebagainya”.
Jumlah butir soal dalam bentuk tes
ini biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu
kira-kira 90 s/d 120 menit. Soal-soal bentuk uraian ini menuntut kemampuan
peserta tes untuk dapat mengorganisir, menginterpensi, menghubungkan
pengertian-pengertian yang dimiliki. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tes
uraian ini membuat peseta tes agar dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali,
dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Namun sejak tahun 1960-an bentuk tes
ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk tes obyektif. dan ada
semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali
menggunakan tes uraian sebagai alat penilain hasil belajar, terutama di
perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ialah;
a. Adanya
gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi
yang salah satu di antaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
b.
Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat
penggunaan tes objektif yang berlebihan.
c.
Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbiasa dengan tes objektif yang
memungkin kan mereka main tebak jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam
menjawabnya.
Berdasarkan tingkat kebebasan
peserta tes untuk menjawab soal tes subjektif, secara umum tesd uraian dibagi
menajadi dua bentuk, yaitu: tes uraian bebas, atau tes uraian terbuka, dan tes
uraian terbatas.
B.
Jenis-jenis Tes Subjektif (tes uraian)
Berdasarkan
jenis jawaban yang diberikan peserta tes, Gronlund dan Linn (1990)
mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok, yaitu: tes uraian terbuka/bebas (extended response question) dan, tes
uraian terbatas (restricted response
question).
1.
Tes Uraian Terbuka/bebas (extended response question)
Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian
yang memberi kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan
mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta
tes bersifat terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur.
Contoh:
a.
Jelaskan
pengaruh paham nasionalisme di Eropa terhadap perkembangan nasionalisme di Asia
dan Afrika!
b.
Jelaskan alasan
mengapa sistem ekonomi yang dianut suatu negara berbeda-beda!
Untuk menjawab butir soal tes diatas dengan
baik, peserta tes harus memiliki kemampuan mengingat fakta historis tumbuhnya
nasionalisme di Asia dan Afrika. Setelah itu ia harus mengorganisasikan
fikirannya dan menyusunnya dalam suatu urutan yang logis dan dengan menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh penyusun tes. Peserta tes diberi
kebebasan menjawab dengan gaya bahasa dan gaya koknitifnya masing-masing.
Dengan demikian maka ketrampilan
mengekspresikan fikiran dalam bentuk tertulis akan besar sekali konstribusinya
dalam menjawab soal tipe ini. Bentuk
soal seperti ini baik sekali untuk menguji hasil belajar pada tingkatan
aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreatifitas.
2.
Tes Uraian Terbatas (restricted response question).
Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes
uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta
tes dalam menjawab soal tes. Batasan dalam rambu-rambu tersebut mencakup
format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Batasan itu meliputi konteks jawaban
yang diingikan, jumlah butir jawaban yang dikerjakan, keluasaan jawaban uraian,
dan luas jawaban yang diminta.
Contoh:
GBHN
menentukan bahwa ada delapan pemerataan pembangunan. Sebutkan pembangunan
pemerataan pembangunan tersebut. Pilihlah salahsatu yang kamu kuasai,
definisikan artinya dan berilah tiga contoh pelaksanaannya. Uraikan jawaban
kamu diharapkan tidak lebih dari satu halaman.
Pada contoh soal diatas, jawaban peserta
tes lebih terikan dari contoh soal sebelumnya (tes uraian terbuka). Peserta tes
dapat memilih dengan bebas cara penyajiannya. Peserta tes diberi kebebasan
menjawab dengan gaya bahasa dan gaya koknitifnya masing-masing, namun ia harus
mengikuti instruksi dari soal tes tersebut. Butir soal tes uraian terbatas ini
cocok untuk mengukur hasil belajar tingkat pemahaman, aplikasis, dan analisis.
Ada beberapa ragam tes uraian terbatas,
antara lain ragam tes melengkapi, dan ragam tes jawaban singkat.
a)
Tipe jawaban melengkapi
Yaitu tipe jawaban melengkapi adalah
butir soal yang memerintahkan kepada peserta tes untuk melengkapi kalimat
dengan satu frase, angka, atau frase formula.
Contoh:
1)
Bertambah ketinggian
pada atsmosfer bumi akan menurunkan temperatur udara di daerah..................
2)
Nilai median
dari data 7, 12, 11, 8, 10, dan 9 adalah................
Butir
soal jawaban terbatas ini banyak digunakan dalam tes pelajaran matematika. Tipe
butir soal melengkapi juga baik untuk menguji kemampuan mengingat fakta dan
prinsip yang sederhana selain itu juga dapat digunakan untuk menguji pada
tingkatan yang lebih tinggi yaitu pemahaman, aplikasi, dan evaluasi asalakan
disusun secara hari-hati.
b)
Tipe Jawaban Singkat
Adalah butir soal berbentuk
pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa , satu angka, atau
satu formula.
Contoh:
Berapakah
jumlah provinsi di Indonesia?
Tipe ini hanya untuk mengukur hasil
belajar yang sederhana, yaitu ingatan. Tipe ini hanya baik untuk mengkur
kemampuan matematika dan IPA. Keterbatasan tipe ini tidak bisa untuk mengukur hasil
belajar yang kompleks, karena sifatnya yang sederhana.
C.
Pedoman dalam penyusunan Tes Subjektif (tes uraian)
yang baik
Adapun pedoman dalam penyusunan Tes
Subjektif (tes uraian) yang baik, maka harus diperhatikan beberapa hal berikut.
1.
Hendaknya soal-
soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, dan kalau
mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2.
Hendaknya soal
tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3.
Pada waktu
menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman
penilaiannya dan soal harus sesuai dengan perencanaan tes yang anada telah buat.
4.
Hendaknya
diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”,
”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa
terhadap bahan.
5.
Hendaknya
rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
6.
Hendaknya
ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini
pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tapi harus spesifik
Agar
diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian
hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1.
Dari segi isi
yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya
ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu
konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya.
2.
Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar
sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan.
Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa
yang berbelit-belit membingungkan atau mengecoh siswa.
3.
Dari segi teknis
penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang
pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga
soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup
materinya
4.
Dari segi
jawaban
Setiap
pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya
telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula
besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal
bila menjawab dianggap salah atau kurang memadai.
Mengingat sifat tes uraian lebih
mengutamakan kekuatan (power tests), bukan kecepatan (speed tests), maka dalam
pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1.
Berilah waktu
yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Dengan demikian
siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburu-buru.
2.
Berikan
kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu
tanpa harus mengikuti urutan nomor soal.
3.
Awasi pengerjaan
soal oleh para siswa sehingga mereka bekerja sendiri tanpa bekerja sama dengan
siswa lain.
4.
Dalam hal
tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan
siswa membuka buku dan catatan pelajarannya. biasanya soal-soal yang
mengungkapkan aplikasi suatu konsep, pemecahan masalah suatu masalah, menarik
suatu generalisasi dapat diberikan kepada siswa dengan memperolehkan membuka
buku dan catatan lainnya.
5.
Setelah semua
siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban setiap
soal sehingga para siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya
pemahaman mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.
D.
Cara memeriksa hasil Tes Subjektif (tes uraian)
Untuk
memeriksa hasil test uraian, harus ada persiapan terlebih dahulu sebelum tes
diberikan. Buat garis besar tentang jawaban yang tepat untuk setiap butir soal.
Ada dua cara untuk memeriksa hasil jawaban tes uraian, yaitu dengan metode
analitik dan metode holistik tergantung jenis tes uraian yang digunakan.
Menurut
Nitko, 1984. Jika anda menggunakan tes uraian terbuka maka cara pemeriksaan tes
yang tepat adalah dengan menggunakan metode holistik atau holistic scoring method. Gronlund dan Linn (1990) menyebutkan
dengan metode rating (rating method),
sedangkan Hopkins dan Anies(1990) menyebut dengan prosedur global (global procedure).
Sedangkan
jika menggunakan tes uraian terbatas, maka pemeriksaan yang teat dengan
menggunakan metode analitik atau analytic
method (Nitko, 1984; Hopkins dan
Anies, 1990).
1.
Metode Holistik
Pemeriksaan hasil jawaban dengan
menggunakan metode holistik dilakukan dalam dua tahap:
a.
Pemeriksa
memeriksa secara keseluruhan jawaban peserta tes
Pemeriksaan berdasarkan dengan garis
besar jawaban yang telah dibuat, pemeriksa memeriksa kualitas jawaban tersebut
kemudian membuat pertimbangan untuk mengelompokkan jawaban tersebut kedalam
kelompok jawaban dengan kualitas A, B, C, D, atau E.
b.
Pemeriksa
mengulang kembali pemeriksaan tersebut
Ini dilakukan untuk lebih
meyakinakan bahwa jawaban tersebut memang tepat dimasukkan dalam kategori A, B,
C, D, dan E, atau tidak.
Karena penilanaian kualitas
jawaban siswa lebih banyak didasarkan pada pertimbangan maka pemberian skor
pada metode holistik kurang objektif jika dibandingkan dengan metode analitik.
2.
Metode Analitik
Pada
pemeriksaan dengan metode ini berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat
oleh penulis. Setelah penulisan tes uraian terbatas wajib membuat pedoman penskoran. Adapun
pedoman dalama pembuat penskoran adalah:
a.
Tuliskan jawaban
terbaik dari butir soal tersebut!
b.
Jika ada
alternatif jawaban lain dari pertanyaan, maka jawaban itu harus ditulis
c.
Butir atau
konsep atau kata kunci apa yang harus ada pada jawaban tersebut?
d.
Adakah butir
butir atau konsep atau kata kunci yang menurut pertimbangan penulis tes yang
lebih dari butir atau konsep atau kata kunci yang lain?
e.
Berikan skor
pada setiap butir atau konsep atau kata kunci yang anda harapkan
f.
Butir atau konsep atau kata kunci
yang penulis tes mempunyai bobot lebih dari yang lain dapat diberi skor yang lebih tinggi . Contoh:
E.
Keunggulan dan Kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)
1.
Keunggulan Tes Subjektif (tes uraian)
a.
Dapat digunakan
untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti kemampuan untuk
menghasilkan prinsip, kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan untuk
merumuskan kesimpulan yang sahih dan
lainnya. Namun demikian, tidak dengan sendirinya tes uraian menghasilkan hasil
belajar yang komplek. Hal ini tergantung pada kemapuan pembuat tes untuk
menyusun butir soal tes.
b.
Meningkatkan
motivasi peserta tes untuk belajar dibanding bentuk tes objektif. Sesuai dengan
sifatnya yang menuntut kemampuan kemampuan menginterpretasikan hubungan,
kemampuan untuk merumuskan kesimpulan
yang sahih dan lainnya. Maka menuntut penguasaan bahan secara penuh, dan ini
akan membuat peserta didik untuk menguasai bahan yang akan di ujiakan pada tes
nanti.
c.
Mudah disiapkan
dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk
mempersiapkan. Ini disebakan dua hal, yaitu; butir soalyang tidak terlalu
banyak, dan guru tidak harus menyiapkan pilihan jawaban atau kemungkinan
jawaban benar (seperti butir jawaban pada pilihan ganda).
d.
Tidak banyak
kesempatan untuk berspekulasi untung-untungan, karena tidak ada alternatif
jawaban yang disiapkan oleh pembuat tes.
e.
Mendorong
peserta tes untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk
jawaban dalam bentuk kalimat yang bagus,
dan juga mendorong peserta tes agar lebih kreatif lagi dalam penyusunan
jawaban.
f.
Memberi
kesemapatan kepada peserta tes untuk mengutarakan maksudnya dan gaya bahasa dan
caranya sendiri. Ini juga akan meningkatkan bakat penulisan atau bahasa
penulisan kepada peserta tes.
2.
Kelamahan Tes Subjektif (tes uraian)
a.
Reabilitas
rendah, artinya skor yang dicapai oleh peserta didik tidak konsisten bila atau
tes paralel atau diuji beberapa kali.
b.
Terbatasnya
sampel materi yang akan ditanyakan, dalam waktu 90 menit hanya 5 sampai 6
butir. Jadi sebenarnya masih cukup banyak materi atau konsep yang telah anda
ajarkan kepada siswa tapi tidak anda ukur ketercapaiannya.
c.
Sukar memeriksa
jawaban peserta tes, kesukaran utama
dalam memeriksa jawaban siswa terletak pada sulitnya memberikan skor yang
objektif dan konsisten (Gronlund dan Linn, 1990).
d.
Adanya hallo effect, misalnya anda berteriak
dalam suatu gedung, maka suara anda akan terpantul kembali dan anda akan
emndenga suara dua kali. Sama halnya apabila anda mengenal seorang peserta tes
yang pandai dalam pelajaran matematika. Maka pada saat anda memeriksa hasil
jawaban tes peserta tes pada mata pelajaran
lain, anda berfikir bahwa dia akan mampu menjawabnya dengan baik, padahal
jawabannya tidak sebagus apa yang anda harapkan, ini akan mempengaruhi anda
untuk memberikan skor penilaian (anda sudah terbiasa memberi nilai bagus kepada
peserta tes tersebut).
e.
Adanya efek
bawaan, maksudnya kondisi dimana pada saat anda memeriksa jawaban peserta tes
efek atau kondisi itu mawi terbawa dan akan mempengaruhi anda pada saat
memeriksa hasil jawaban peserta tes selajutnya.
f.
Efek urutan
pemeriksaan, Bracht, ddk seperti dikutip Hopkins dkk, 1990. Menemukan bahwa
hasil tes siswa yang diperiksa di awal cendrung diberi skor tinggi dari hasil
tes siswa yang diperiksa mendekati akhir.
g.
Pengaruh
penggunaan bahasa, misalnya pada penggunaan enjaan, pembentukan kalimat,
kesalahan tanda baca, dan kesalahan struktur kalimat yang dilakukan oleh
peserta tes
h.
Pengaruh
tulisan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Tes bentuk
uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban
atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan
pikiran peserta tes.
Tes
uraian dalam dikelompok menjadi dua, yaitu: tes uraian terbuka/bebas (extended response question) dan, tes
uraian terbatas (restricted response
question). Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi
kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan
pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat
terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur. Tes uraian terbatas merupakan bentuk
tes uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada
peserta tes dalam menjawab soal tes. Batasan dalam rambu-rambu tersebut
mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban.
Hendaknya
soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, soal
test tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku catatan,
soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
Diusahakan agar pertanyaannya bervariasi, rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah dipahami. ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
Untuk
memeriksa hasil test uraian, harus ada persiapan terlebih dahulu sebelum tes
diberikan. Buat garis besar tentang jawaban yang tepat untuk setiap butir soal.
Ada dua cara untuk memeriksa hasil jawaban tes uraian, yaitu dengan metode
analitik dan metode holistik tergantung jenis tes uraian yang digunakan.
Keunggulan
Tes Subjektif (tes uraian); dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
kompleks, meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar, mudah disiapkan dan
disusun, tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi untung-untngan, mendorong
peserta tes untuk berani mengemukakan pendapat, dan memberi kesemapatan kepada
peserta tes untuk mengutarakan maksudnya dan gaya bahasa dan caranya sendiri.
Kelemahan
Tes Subjektif (tes uraian); Reabilitas rendah, terbatasnya sampel materi yang
akan ditanyakan, sukar memeriksa jawaban
peserta tes, adanya hallo effect, adanya efek bawaan, adanya efek urutan
pemeriksaan, pengaruh penggunaan bahasa, pengaruh tulisan.
B.
Kritik dan Saran
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran
antara lain:
1.
Penulis berharap
para pembaca tidak hanya membaca makalah ini dengan iseng-iseng, tetapi pembaca
mau mempelajari isi dari makalah ini untuk pengetahuan atau penngamalan di
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pendidikan.
2.
Pembaca
diharapkan untuk dapat mengambil kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam makalah
ini, serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan.
3.
Pembaca juga
diharapkan untuk dapat memberikan pengarahan apabila dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan atau kesalahan, guna untuk memberikan motifasi kepada
penulis untuk lebih baik lagi dalam menyusun malakah.
DAFTAR
PUSTAKA
Widoyoko E. P. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR
Suryanto A. 2009. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
Pranama A. N. 2016. Buku Super Lengkap EVALUASI
BELAJAR-MENGAJAR. Yogyakarta: DIVA Press
Komentar
Posting Komentar